Sejarah Sastra Melayu
Syair
Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi
Makalah
Ini Disusun Oleh Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Sastra
Melayu
Dosen
Pengampu : Drs. Jamal D. Rahman. M. Hum

Disusun
Oleh :
Kelompok
VI :
Avit
Kurniasari (11150130000034)
Nur
Alamsyah (11150130000027)
Nuraini (11150130000011)
Risnawati (11150130000021)
Kelas
: PBSI / A
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.,
Puji dan syukur kami panjatkan Ke-
Hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan sebuah karya tulis yang berjudul “ Syair Abdullah Bin Abdul
Kadir” yang didalamnya memuat syair-syair yang ditulis oleh Abdullah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan
karya tulis ini masih banyak kekurangan, maka untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan dalam penyempurnaan karya tulis yang
kami buat, dan kami mengucapkan banyak terimakasih.
Waalaikumsalam
Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta,
19 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata pengantar
|
………………………………………………………..
|
i
|
Daftar isi
|
………………………………………………………..
|
Ii
|
BAB I Pendahuluan
|
………………………………………………………..
|
1
|
1.1
Latar Belakang
|
………………………………………………………..
|
1
|
1.2
Rumusan Masalah
|
………………………………………………………..
|
1
|
1.3
Tujuan Pembahasan
|
………………………………………………………..
|
2
|
1.4
Manfaat Pembahasan
|
………………………………………………………..
|
2
|
BAB II Pembahasan
|
………………………………………………………..
|
3
|
2.1
Biografi
|
………………………………………………………..
|
3
|
2.2
Karya-karya
|
………………………………………………………..
|
4
|
BAB III Penutup
|
………………………………………………………..
|
7
|
3.1
Kesimpulan
|
………………………………………………………..
|
7
|
3.2
Daftar Pustaka
|
………………………………………………………..
|
|
ii
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Untuk sarjana-sarjana pendahulu kita,
baik pada zaman kolonial maupun pasca kolonial, judul-judul karya puisi
Abdullah berbentuk syair jelas tidak asing. Sayangnya, ternyata hanya judulnya
yang tidak asing : kebanyakan informasi
tentang syair tersebut diperolehnya dari tulisan Abdullah sendiri, yaitu
Hikayat Abdullah, yang mengisahkan latar belakang terciptanya Syair Singapura
Terbakar dan Syair Kampung Gelam Terbakar. Menurut Abdullah, kebakaran yang
pertama itu terjadi sebelum Melaka diserahkan kepada Inggris oleh pihak
Belanda, yaitu pada tahun 1823. Kronologi Abdullah kurang tepat : Traktat
London ditanda tangani hanya pada tahun
1824. Akan tetapi, kebakaran dahsyat yang dikisahkan dalam syairnya
terjadi pada tahun 1830. Bagaimanapun, untuk pembaca Hikayat Abdullah,
seharusnya jelas sekali bahwa Syair Kampung Gelam Terbakar yang memerikan
kebakaran yang lain, yaitu yang terjafi pada zaman Gubernur Butterworth.
Ternyata sebaliknya : Berulangkali kedua syair ini dikelirukan. Jika
penelusuran terhadap ‘riwayat hidup’ teks-teks kisah kisah pelayaran Abdullah
pada Jilid 1 menyingkapkan semacam tema penyuntingan yang beragenda tertentu,
peninjauan mengenai tulisan-tulisan yang menyinggung kedua syaair ini akan
memperlihatkan benang merah lain : Kekacau-balauan.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
riwayat perjalanan Syair Abdullah Bin Abdul Kadir ?
2. Apa
Saja Karya-karya Syair Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi?
1.3.
Tujuan Penelitian
1. Memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Sastra Melayu
2. Memperdalam
ilmu pengetahuan mengenai Sejarah Sastra Melayu
3. Menggali
informasi tentang kesastraan
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Untuk
menggali informasi tentang syair Abdullah Bin Abdul Kadir
2. Untuk
menambah rasa cinta kita terhadap kesusastraan
3. Untuk
memberi informasi tentang sastra kepada pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Biografi
Abdullah bin abdul
kadir munsyi lahir pada tahun 1797 di kampung pali, Melaka, dan meninggal pada
bulan oktober 1854, di jedah, arab Saudi. Munsyi Abdullah adalah putra dari
abdul kadir. Didikan ayahnya yg keras dalam bidang agama dan pengetahuan umum
mengantarkannya menjadi seorang guru bahasa dan mampu menguasai berbagai
bahasa, diantarnya bahasa arab,tamil, india, inggris, dan melayu. Ia adalah
tokoh lokal pertama yang menuliskan kehidupan sehari-hari di Malaya yang
dipublikasikan pada tahun 1849.[1]
Istilah
munsyi yang ditulis mendahului atau mengikuti namanya memiliki arti guru atau
pendidik. Abdullah adalah keturunan pedagang arab hadrami, juga mempunyai darah
keturunan tamil dan juga melayu. Untuk menghormati latar belakang etnik dan
keagamaannya, orang-orang melayu menyebut Abdullah sebagai jawi peranakan atau
jawi pecan.
Abdullah
menghabiskan masa kanak-kanaknya di Melaka. Ia mulai belajar menulis pada usia
4 tahun dengan “Tulisan Cakar Ayam” yang ia terakan dipapan tulis. Ia terserang
penyakit disentri ketika berumur 6 tahun.
Abdullah
Munsyi termasuk sosok yang memiliki keterbelakangan dalam masa belajarnya, hal
ini dibuktikan dengan teman-teman sebayanya yang sudah bisa melagukan ayat-ayat
al- qur’an sedangkan Abdullah sendiri belum bisa melakukakannya. Namun ia lebih
suka belajar meniru tulisan-tulisan berbahasa arab dengan penanya, sehingga
ayahnya mengirimkan Abdullah kesekolah qur’an kampung Pali ( Kampong Pali Koran
School ).
Masa-masa
Abdullah disekolah qur’an Kampung Pali adalah masa dimana Abdullah harus
bekajar dengan keras. Ia belajar menulis dibawah pengawasan ayahnya langsung.
Abdul Kadir sendiri berwatak keras. Ia
tak segan menyuruh Abdullah untuk menulis nama-nama orang yang dijumpainya di masjid,
ia akan menghukum anaknya jika melakukan kesalahan atau belum semourna menulis
nama-nama itu. Ia juga menyuruh Abdullah menyalin keseluruhan ayat al-qur’an
dan menerjemahkan teks-teks arab ke bahasa melayu.[2]
a.
Kisah Pelayaran Abdullah Ke Mekah
Kisah pelayaran Abdullah ke Mekah merupakan
karya terakhir yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Munsyi. Dalam karyanya ini
Abdullah menceritakan Pelayarannya dari Singapura sampai ke Jeddah, dan terus
ke Mekah. Dalam bentuk yang sudah singkat, kisah ini diterbitkan dalam majalah
“Cermin Mata” di Singapura tahun 1858-1859 dalam 3 bagian. Cukup lama kisah ini
tidak diterbitkan dengan lengkap dalam bahasa melayu, versi di majalah Cermin
Mata yang diterbitkan lembaga misionaris Protestan, hanya mencatat perjalanan
Abdullah sampai tepat sebelum menginjak pantai Jeddah. Klinkert, seorang
sarjana Belanda menerbitakan
terjemahan Belanda yang lebih lengkap
berdasarkan salinan manuskrip yang diperoleh oleh penerbit di Singapura, dengan
judul Kisah ke Jeddah kemudian dimenerbitkan pula edisi melayu pada tahun 1889,
namun kali ini didasarkan pada terbitan Cermin Mata.[3]
2.2. Karya-karya Abdullah bin Abdul
Kadir Munsyi
a. Syair
Kampung Gelam Terbakar
Syair Kampung Gelam Terbakar
adalah syair karangan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang menceritakan
kebakaran besar tahun 1847 di Kampung Gelam (sekarang Kampong Gelam),
Singapura. Syair ini sering dirancukan dengan syair Singapura Terbakar, karena
sama-sama membahas kebakaran di Singapura. Edisi Cap Batu 1847 saat ini
tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dan Perpustakaan Nasional
Perancis.[4]
Contoh
syair :
1. Suatu
rencana baharu tuan dengarlah
Karangan fakir Munsyi
Abdullah
Perkataannya kalau2 ada
yang salah
Tuan2 ampun dan
maafkanlah.
2. Karena
pekerjaan ini didalam gopoh
Tatkala berlari2 tempuh
menempuh
Beberapa kali bangun
dan jatuh
Ketakutan sampailah
kaki pun lumpuh.
3. Kehilangan
pensilku beberapa kali
Jatuh berciciran di
Kampung Bali
Sebab Melihatkan api
itu besar sekali
Fikiran pun tiadalah
dapat dicari.
4. Sahaya
mengarangkan ini tunduk tengadah
Seduit pun tiada
mendapat faedah
Barang yang kukarangkan
ini sesungguhnya ada
Bukannya aku membuat
bohong dan mengada2.
b. Syair
Singapura Terbakar
Syair Singapura Terbakar adalah syair
karangan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Pertama kali syair ini diterbitkan
sekaligus dalam Latin dan Jawi tahun 1843, sedangkan edisi cetakan batu
diterbitkan tahun 1849. Dalam syair ini Abdullah menceritakan kebakaran dahsyat
yang melanda Singapura pada tahun 1830, dalam syair ini Abdullah melaporkan
peristiwa kebakaran ini dengan cukup terperinci, karena menceritakan peristiwa
actual melalui syair ini. Abdullah juga disebut wartawan melayu pertama.[5]
Contoh
Syair :
1. Dengarkan
tuan suatu rencana
Karangan
fakir orang yang hina
Sajaknya
janggal banyak tak kena
Dari
pada akal belum sempurna.
2. Dengarlah
tuan dengan bersuka
Dikarangkan
oleh seorang anak Melaka
Seolah2
membuat jenaka
Janganlah
tuan menjadi murka.
3. Karangan
fakir ila Allah Ta’ala
Seorang
miskin bernama Abdullah
Harapkan
ampun dari pada Allah
Kalau2
ada tersebut yang salah.
4. Ampunlah
tuan2 yang menengarkan
Sebarang
bahasa sahaya tuliskan
Perkataan
lanjut sahaya ringkaskan
Supaya
sedap tuan dengarkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Akhirnya
dari hasil makalah yang kami buat, kami dapat menyimpulkan bahwa Abdullah bin
Abdul Kadir seorang penyair yang sangat dalam pengalamannya didunia syair.
Berbagai kisah perjalanan yang ia alami ke Mekah, dan Syair Singapura Terbakar serta Syair Kampung Gelam Terbakar telah
memberikan inspirasi baginya untuk membuat sebuah karya yang eksotis.
Daftar
Pustaka
Sweeney
Amin. Karya lengkap Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi. Jakarta: Gramedia. Jilid 2
puisi dan ceretera, 2006.
Cornelius-takahama
Vernon, 2001, dalam http
://infopedia.nl.sg
Sweeney,
Amin (2006). Karya Lengkap Abdullah bin Abdulkadir Munsyi:
Jilid 2 Puisi dan Ceretera. Kepustakaan Populer Gramedia/École
française d’Extrême-Orient.
[1]
(
Cornelius-takahama Vernon, 2001, dalam
http ://infopedia.nl.sg)
[3] Sweeney, Amin (2005). "Kisah Pelayaran
Abdullah ke Mekah". Karya Lengkap Abdullah
bin Abdulkadir Munsyi.
Kepustakaan Populer Gramedia/École française d’Extrême-Orient.
[4] Sweeney, Amin (2006). Karya Lengkap Abdullah bin Abdulkadir Munsyi:
Jilid 2 Puisi dan Ceretera. Kepustakaan Populer Gramedia/École française
d’Extrême-Orient.